Bukan
karena sok alim atau bukan karena tulisan ini akan dibaca oleh orang lain.
Sebenarnya
aku tidak terbiasa duduk berdampingan dengan seorang perempuan
didalam sebuah angkutan umum. Namun hari itu, mengingat bus jurusan bogor hanya
tinggal ada satu-satunya, dan tempat duduk yang masih kosong hanya ada di situ.
Maka aku coba untuk memberanikan diri, duduk disebelah perempuan yang
sebelumnya belum aku kenal. Perasaanku bertambah kikuk, setelah aku tahu bahwa
perempuan yang duduk di sampingku itu berwajah cantik dan lembut.
Dalam
keheningan waktu yang panjang, tiba-tiba perempuan cantik itu melirik kearahku
dan berkata, “jenuh juga yah perjalanan
ini” katanya seraya menatap tajam ke arahku. Aku hanya bisa menganggukan
kepala, tanpa mampu untuk menjawab pertanyaannya. Namun aku merasa berdosa,
jika harus membiarkan perempuan itu diam dalam kesendirian dan keheningan, aku
takut ia tersinggung dengan sikapku, maka aku
coba memberanikan diri untuk berkata kepadanya, “oh iyah hampir lupa, perkenalkan bu, nama saya Hendra, kalau boleh
tahu, ibu ini siapa yah” kataku tersendat-sendat.
Perempuan
itu tidak langsung menjawab, ditariknya nafas dalam-dalam, kemudian barulah ia
berkata, “aku adalah hamba Allah yang
berwujud manusia. Anak dari kedua hamba Allah. Adik dari ke delapan hamba
Allah. Istri dari seorang hamba Allah, dan ibu dari empat orang hamba Allah”.
“maksud ibu” tanyaku agak bingung, “aku
berasal dari Allah, kali ini sedang di uji diatas muka bumi ciptaan-Nya, aku
berharap, semoga nanti bisa bertemu kembali dengan Allah” jawab perempuan
itu sambil terus menatapku dengan sorot matanya yang tajam..
“kok semua yang ibu katakan selalu disangkut
pautkan dengan Allah?” tanyaku aga sedikit takut. “hanya kepunyaan Allah apa-apa yang ada di langit dan dibumi, termasuk
saya dan anda” jawab perempuan itu seraya melihat jam tangannya. “lalu untuk apa ibu pergi ke bogor?”
tanyaku lagi. “hanya satu yang saya cari
di bogor, dan hanya itu pula yang selama ini saya cari” jawabnya mengundang
misteri, “apa yang ibu cari” tanyaku
semakin ingin tahu, “kasih sayang Allah”
jawabnya singkat. “hanya itu?”
tanyaku. “yah, hanya itu” jawabnya
singkat pula. “memangnya kenapa?”
tanyaku lebih bersemangat. “dunia dan
seluruh isinya tidak akan mampu memberi kebahagiaan tanpa kasih sayang-Nya,
surga tidak akan mampu memberi kenikmatan tanpa kasih sayang-Nya, bahkan neraka
tidak akan rela menjilat tubuh orang yang dikasihani dan disayangi oleh Allah”
jawabnya panjang lebar. “lalu dengan cara
apa ibu mencari kasih sayang Allah itu” tanyaku lebih dalam, “dengan mengerjakan apa-apa yang telah
diperintakan-Nya, dan menjauhi apa-apa yang telah menjadi larangan-Nya”
jawab perempuan itu menggetarkan hatiku.
Aku
terdiam mendengarkan kata-kata itu, bahkan aku merasa takut dan sedikit ngeri
dengan kewibawaan perempuan yang duduk disampingku. Kulayangkan mataku ke
langit-langit bus yang sedang melaju kencang, kemudian kupejamkan sejenak untuk
merenungi kata-kata perempuan itu. Aku semakin ketakutan. Kubuka kembali kedua
mataku yang terpejam, kupalingkan pandanganku ke arah jalan yang licin, aku
rasa perempuan itu terus menatap tajam kearahku, dan aku tidak berani untuk memperhatikannya
lagi. Tiba-tiba bus yang kutumpangi oleng kesebelah kanan, semua penumpang yang
ada menjerit histeris ketakutan. Dan bus itu meluncur kesebuah jurang yang
dalam. Aku takdapat lagi mengingat
kejadian selanjutnya. Namun ketika aku membuka mata, aku lihat perempuan
yang duduk disampingku tadi berdiri tidak jauh dari tubuhku yang berlumuran
darah. Ia tersenyum manis, dan aku berbisik dalam hatiku sendiri, “”yaa Allah, ternyata perempuan cantik itu
adalah sang malaikat maut yang hendak membawaku pergi untuk selama-lamanya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar